03 September 2016

Cerita Rakyat Tanjab Timur " Ketam Batu "





           Sambil menunggu waktu menarik jaring. Datuk Alai duduk diatas kabin, sambil menikmati pais buatan Nek Lima. “ Fiz, kau liatkah itu ? “ datuk alai menunjuk kesuatu arah. Namun tak meluruskan jarinya, melainkan ditekuk kedalam . Menurut kepercayaan orang bisa keteguran. Hafiz menatap kerarah yang disebut datuknya.

            ‘ Ya tuk, bukannya itu kuala , kenapa ? tanya hafiz. “ Ya, maksudku kau liat betapa indahnya barisan pohon mangrove yang berjejer itu. Hafiz menganalisa kalimat kakeknya. Ia memperhatikan barisan pohon yang tertata indah mrngikuti lekukan teluk yang melebar membentuk kuala. “ itu kuasa tuhan fiz, jika Tuhan berkehendak,apapun bisa terjadi” Kata datuk alai kecucunya.” Tetapi tuk “ . Hafiz menghentikan  ucapannya. Datuk Alai menatap cucunya. “ . Kalau kau nanti melanjutkan sekolah , kelak kau akan bahwa sungai terbentuk dari mata air. Tetapi di tanjung jabung timur , ada sebuah cerita asal mula terbentuknya sungai. Cerita itu berkisah tentang Ketam raksasa yang mendiami lautan tanjung jabung timur.

            “ Ketam batu raksasa ? “ hafiz menatap datuknya. Ya tak banyak orang tau  tentang cerita ini, tapi baiklah akan datuk ceritakan . Hafiz menunggu cerita datuk dengan melipat tangannya di dada.
             Mulailah datuk bercerita. Dahulu kala, seribu tahun yang lampau, jauh sebelum orang banyak yang sampai kewilayah ini, hiduplah seekor ketam . Ketam itu sangat besar dan kuat. Lebarnya melebihi sepuluh kali lebar sungai kampung kita dan panjangnya serupa benar dengan perjalanan dari Nipah panjang menuju sabak. Ketam  itu berdiam disebuah gunung batu. Memiliki sepasang sepit dan sepuluh pasang kaki. Cerita datuk terhenti sejenak.

“apa karena berdiam di gunung batu, tuk disebut ketam batu ? tanya hafiz. “ ya “ Jawab sang datuk. Kembali datuk melanjutkan ceritanya.

           selain ketam itu, hiduplah pula sepasang suami istri. Menurut cerita merekalah manusia pertama yang menginjakkan kaki dan mendatangi daratan tanjung jabung timur. Ada yang mengatakan mereka berasal dari suku melayu tua. Sang suami bernama Utuh Perigi dan sang istri bernama Diyang jayuni. Sehari –hari mereka memancing ikan di tepi laut dan membuat huma kecil di tepi gunung batu. Kehidupan mereka cukup bahagia. Tahun berganti tahun, hingga sepuluh tahun usia perkawinan mereka. Mereka belum juga dikarunia seorang anak.

         Hafiz kembali bertanya, apakah suami istri itu tau kalo di gunung batu itu ada ketam raksasa tuk ? . “ tidak,  ketam itu keluar menampakkan diri saat purnma datang.” Jawab sang datuk.

           Pada suatu  malam , sepasang suami itu mendengar  suara yang sangat ramai dari luar rumah. Suara itu sangat gaduh dan membuat mereka terbangun dari tidur lelap.

         “ Jayuni kau dengar suara itu ? , ia menggerakkan tubuh istrinya. Terdengar lagi suara keras dan berderak. Rumah yang terbuat dari bambu itu bergetar. Mungkin ada manusia lain disini bang, atau mungkin suara dewa. Si istri mencoba menerka- nerka asal suara itu. Ia lalu bangkit dari tidur, mengikuti utuh perigi yang telah lebih dulu mengambil posisi dan duduk bersiaga. Dengan mengendap- endap mereka berjalan menuju pintu. Terkejutlah utuh perigi saat melihat sosok ketam raksasa sedang berjalan dilereng dekat huma mereka. Ia seketika mecabut pedang dibalik pintu dan dengan keberaniannya ia keluar dan berdiri di tanah lapang berhadapan dengan ketam raksasa tersebut. Ia berteriak dengan lantang .

             Hei ketam raksasa ! jika kau berniat buruk dan ingin mengganggu kami. Lebih baik kau enyah dari sini atau kau ingin melihat darahmu mengalir di tanah !” Suara utuh perigi menggelegar. Ketam raksasa menghentikan gerakannya lalu menatap pedang yg dihunus kehadapannya. Pedang itu mengeluarkan larik sinar merah sehingga membuat suasana panas seketika.

            Hei anak manusia, beribu tahun aku telah mendiami tempat ini, sejuta purnama telah aku saksikan . bahkan para dewapun mersetui aku. Baru kali ini seorang anak manusia berani mengusikku. Sebelum wujudmu aku jadikan abu, masih aku ijinkan kau pergi dengan tenang. Cepatlah ! “. Hardik ketam raksasa. Suaranya  yang menggelegar mengakibatkan batang pohon disekitanya bertumbangan.

          Tidak akan aku tinggalkan tanah subur ini hai ketam tua, sebaiknya engkaulah yang pergi karena telah membuat istriku ketakutan.” Jawab utuh perigi tak mau kalah. Mendengar perkataan utuh perigi, si ketam raksasa jadi sangat marah. Perangpun terjadi....hiat..ciat wus..wus.

         Teman – teman tau berapa lama perang ini terjadi.. 31 hari lamanya. Hingga pada hari yg ke 31 utuh perigi kelihatan semakin sakti ia berhasil menyusup terbang kearah mata ketam raksasa.tinggal sedepa lagi ujung pedang tersebut menacap kemata siketam raksasa, tiba- tiba siketam duduk bersimpuh dan memohon ampun.

       Ampun beribu ampun wahai anak manusia, aku mengaku kalah, apapun yang tuan inginkan akan saya penuhi, asal jangan tusuk mata saya. Utuh peigi seorang kesatria , melihat musuhnya sudah lemah tak berdaya ia menghentikan serangannya.

            Ceritapun terhenti sejenak karena sihafiz bertanya, apakah mata itu kelemah si ketam tuk ?.. tanya hafiz. “ Ya “ jawab sang Datuk alai singkat. “ kau bisa liat sendiri jika ketam ditusuk matanya ia perlahan –lahan akan mati. Mau dilanjut ceritanya teman-teman...

           Baiklah, asal kau dapat memenuhi satu permintaan ku” utuh perigi melemparkan syarat.” Apapun yang tuan inginkan akan saya penuhi, katakanlah !”. sambut ketam raksasa. Tunjukkanlah jalan agar kami  dapat memiliki anak “. Mendengar kalimat utuh perigi, sang ketam raksasa tersenyum. “ Itu pekerjaan mudah tuan, terimalah ini, sambil melepaskan sebuah mahkota . tanpa banyak bertanya lagi utuh perigi menerima mahkota itu lalu menyimpannya dibalik kantung celana. “ tunjjukan bagiaman cara menggunakan mahkota bawang merah ini ? “ tanya utuh perigi.

            Mulai hari ini letakkanlah mahkota ini dibawah bantal , setelah sembilan bulan tuan akan melihat sendiri khasiatnya. Tapi harap ingat 1 hal’. Ketam raksasa menghentikan ucapannya. Ditatapnya utuh perigi lekat – lekat seperti ada yang diragukannya. “ apa itu? ‘ utuh perigi  tidak sabar. “ kembalikan mahkota itu padaku setelah sehari istrimu melahirkan, lewat dari batas itu akan ada bahaya bagi tuan dan tanah ini “ jawab ketam raksasa memberikan penjelasan.

         “ Baiklah, mahkota ini akan saya kembalikan pada waktunya’ jawab utuh perigi. Iapun segera meninggalkan ketam raksasa.

Cerita berhenti sejenak, sang datuk melinting tembakau rokoknya.” Rupanya nafsu dan ambisi manusia  bisa membuatnya celaka.demikian juga dengan utuh perigi dan istrinya.

Mau lanjut ceritanya teman-teman ...

              Setelah sembilan bulan tenyata sang istri utuh perigi melahirkan seorang anak tapi apa yang terjadi ? ia ingin kembali hamil. Mendengar keinginan sang istri, utuh perigi berkata. “ tidak mungkin diyang, akan terjadi balak jika mahkota ini tidak dikembalikan. “ bukankah abang memilki kesaktian , abang bunuh saja siketam itu” bujuk sang istri. Utuh perigi terdiam dan bimbang. Di pulau seberang sana ada pulau yang banyak manusia takkan mungkin siketam bisa kesana. Utuh perigi semakin bimbang. Tiba- tiba “ baiklah jika begitu, bersegeralah kita pergi dari sini. Akhirnya sepasang suami istri itu meninggalkan kaki gunung itu, dengan menggunakan tandu dari bambu utuh perigi menuruni hutan dan meyebrangi lautan bersama istri dan sang anak yang baru saja lahir.

Apa yang terjadi teman- teman, hari mulai sore sang ketam raksasa menunggu janji utuh perigi, tapi tidak ditepati.

            Tiba – tiba tubuh ketam raksasa bergetar hebat, Hei utuh perigi, kembalikan mahkota ku !! “ menggelegarlah suara ketam raksasa sehingga menyebabkan gempa, ketam raksasa mulai tak terkendali, ia mengagkat sapitimya kearah angkasa hingga seketika turuh hujan ditambah suara halilintar menggelar..dua...duar... ketam semakin berang batu-batu gunung berterbangan dan kembali sang ketam mengentakkan sapinya kebumi..dum..akibat itu membentuklah sebuah alur seperti sungai. Hal itu terus terjadi sampai 10 kali dan membentuk aliran sungai. Seiring itu pula tubuh ketam perlahan mengecil, matanya bersinar lemah, dan gunung tempat ia berdiam ikut pula mengecil.

              Nah teman-teman, 10 sungai itulah yang saat ini dihuni oleh penduduk tanjung jabung timur. Mulai dari sungai pangkal duri, mendahara, kampung laut, lambur, simbur naik, pemusiran, nipah panjang serta air hitam. Bagaimana nasib sepasang suami istri itu. Seperti sumpah yang diucapkan oleh siketam raksasa meraka mendapat bala , saat ketam menancapkan sapitnya kebumi mereka ikut terkubur.

              Nah, teman – teman itulah sebabnya jika melihat ketam batu selalu menggali lubang mereka masih mencari mahkota mereka yang ikut terbenam. Kalau tak percaya coba teman – teman ikatkan satu siung bawang merah , pancinglah ketam batu pasti ia akan menangkapnya  sebab ia kira itu mahkotanya.

Teman – teman, kita dapat memetik pelajaran dari kisah ini, dimana jika kita berjanji tepatila dan jangan mengingkarinya. Karena ingkar janji dapat membuat malapetaka.

Demikinlah cerita saya. Sebelum saya akhiri saya ingin berpantun.

Created : Muhammad Yatim , S.Pd
                ( Dengan perubahan sendiri, diperlombakan pada Lomba bercerita daerah TK.Kab.tanjung Jabung Timur tahun 2015 )
Sumber : Buku Cerita Tanjab Timur  karangan M.Yusuf Asni