Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, belum lama ini melontarkan gagasan
full day school. Program ini memperpendek waktu di luar sekolah dan siswa
mendapatkan tambahan jam untuk pendidikan karakter. Rencananya, gagasan ini
akan menyasar sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
Pemerhati
kebijakan publik UGM, Prof. Muhadjir Darwin, menilai positif terhadap wacana
full day school ini. Menurutnya, gagasan terebut tepat diterapkan untuk pendidikan
karakter anak. Terlebih, melihat kondisi bangsa saat ini yang menunjukkan
adanya degradasi dan krisis moral di kalangan generasi muda.
“Gagasan
full day school ini layak diterapkan untuk meminimalkan terpaan negatif yang
berasal dari lingkungan luar sekolah. Anak-anak kegiatannya menjadi lebih
terarah saat di sekolah, mendapat pendidikan serta penguatan karakter,”
paparnya, Jumat (12/8) di Kampus UGM.
Muhadjir
menjelaskan bahwa program full day school ini sudah banyak diterapkan di banyak
negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan China. Hasilnya pun menunjukkan hal
positif bagi perkembangan karakter anak. Dia mencontohkan anak-anak di China
bersekolah sampai sore dan menginap di asrama. Mereka baru akan pulang seminggu
sekali.
“Banyak
muncul atlet-atlet bagus dari China, salah satunya karena dengan pendidikan
full day scholl bisa mendeteksi bakat-bakat alami anak melalui jalur
pendidikan,” tutur dosen FISIPOL UGM ini.
Di
Indonesia, program full day school ini telah diterapkan di sejumlah sekolah
swasta. Hal ini telah berlangsung dalam beberapa dasawarsa terakhir.
“Program
full day school ini bagus, tetapi dalam penerapannya harus dilakukan secara
matang,” tandasnya.
Program
full day school ini dikatakan Muhadjir, nantinya dapat diujicobakan di
beberapa sekolah negeri terutama di wilayah perkotaan yang memiliki kelengkapan
sarana prasarana memadai. Selain itu, dengan program ini dapat membantu
kesulitan orang tua di perkotaan yang umumnya bekerja seharian.
“Orang
tua memiliki kesibukan pekerjaan sampai sore. Dengan full day school anak
selepas sekolah pukul 1 akan mengikuti ekstrakurikuler dan pulang bersamaan
dengan orang tua, tidak langsung pulang tanpa pengawasan dari keluarga maupun
sekolah,” paparnya.
Dalam
pelaksanaannya, kembali ditegaskan Muhadjir, sekolah diharapkan tidak
memberikan tambahan pelajaran bagi anak. Namun, full day school dijalankan
sesuai dengan arahan Mendikbud yaitu pemberian jam tambahan untuk kegiatan
ekstrakulikuler. Misalnya, keterampilan, budi pekerti, olahraga, seni budaya
dan lainnya.
“Dengan
begitu, hak-hak anak tidak akan berkurang. Mereka dapat bermain dan
berkreativitas dalam kegiatan ekstrakurikuler ini,” terangnya.
Kendati
begitu, dibutuhkan pengkajian secara mendalam sebelum kebijakan ini diterapkan
nantinya. Pasalnya, akan banyak bermunculan implikasi dalam pelaksanaan program
ini salah satunya tambahan biaya misalnya untuk makan siang anak.
“Perlu
dipikirkan solusi agar biaya pendidikan yang timbul tidak tinggi,”
ujarnya.
Sementara
itu, pemerhati perkembangan anak dari Fakultas Psikologi UGM, Dr. Maria Goretti
Adiyanti, meminta pemerintah untuk tidak tergesa-gesa menerapkan kebijakan
program full day school bagi siswa SD dan SMP. Menurutnya, sebelum penerapan
program perlu dilakukan riset dan kajian terlebih dahulu untuk menentukan
target pendidikan, program apa yang akan dijalankan, kesiapan tenaga
pendidikan, sarana prasaran, serta dalam hal pembiayaan dan lainnya.
"Kalau
untuk pembentukan karakter sebenarnya sudah ada dalam kurikulum sekolah, tidak
harus melalui full day school," katanya.
Maria
menyampaikan bahwa gagasan ini baik untuk mengatasi persoalan hubungan antara
orang tua yang bekerja seharian dengan anak. Namun begitu, dengan full day
school ini membuat siswa terisolasi dari lingkungan dan teman sebaya mereka.
Tidak hanya itu program ini akan mengurangi kesempatan siswa untuk
berkomunikasi dengan orang tuanya.
"Di
sekolah juga rentan terjadi kekerasan terhadap siswa, kalau seharian di sekolah
juga sangat risakan terjadi bullying," tuturnya.
Untuk
itu perlu dicari bukti-bukti empiris terlebih dahulu sebelum kebijakan program
full day school diterapkan. Apakah sudah terbukti memberikan hasil positif atau
tidak terhadap pembentukan karakter siswa.
"Kalau
akan diterapkan benar-benar harus ada bukti keberhasilan pelaksanaan program
ini apakah banyak berdampak positif bagi anak. Dan tentunya pelaksanannya juga
harus ramah anak, ada waktu untuk bermain dan juga bersitirahat,"
pungkasnya. (Humas UGM/Ika)